Dampak Militer Penjajahan Jepang di Indonesia

 

Dampak Militer Penjajahan 

Jepang di Indonesia



    Pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengumumkan kemerdekaannya setelah berhasil melepaskan diri dari kekangan penjajah. Jepang adalah salah satu negara tersebut yang telah menajahi Indonesia selama 3,5 tahun. Penjahan Jepang meninggalkan bekas mendalam di lubuk hati Indonesia akan tetapi tidak semua dampak dari penajahan tersebut berupa negatif. Namun, juga ada yang positif.

    Pada awal pergerakannya, pemerintah militer Jepang bersikap baik terhadap bangsa Indonesia dengan mengaku sebagai saudara tua bangsa Indonesia. Tetapi akhirnya sikap baik itu berubah setelah sekian waktu Jepang menduduki Indonesia. Apa yang ditetapkan pemerintah Jepang seolah mendukung kemerdekaan Indonesia. Padahal sebenarnya Jepang berlaku demikian demi kepentingan pemerintahannya yang pada saat itu sedang menghadapi perang. Apalagi setelah Jepang mengetahui harapan yang besar dari Indonesia untuk mencapai kemerdekaan, mereka mulai menciptakan propaganda-propaganda untuk menaruh kepercayaan pada hati bangsa Indonesia. Jepang pun terlihat seolah-olah memihak pada kepentingan bangsa Indonesia.

    Jepang memasuki Indonesia dengan perlahan dan lembut, memperbolehkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bendera merah putih boleh dikibarkan bersampingan dengan bendera Jepang. Begitu juga lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan di samping lagu kebangsaan Jepang yaitu Kimigayo.Pengibaran “Sang Saka Merah Putih” dan menyanyikan lagu Indonesia Raya ini hanya pada awal pendudukan Jepang saja selama dua minggu berkuasa, mengikutkan rakyat dalam berbagai organisasi resmi pembentukan Jepang,menarik simpati umat Islam dengan mengizinkan organisasi Majelis Islam tetap berdiri, rakyat diharuskan menyerahkan besi tua, semua harta peninggalan Belanda,dan hasil perkebunan ataupun paprik disita.   

    Pada awalnya menjelang kedatangan invansi militer Jepang masuk ke Indonesia, ada sebuah Sekolah Rakyat 3 tahun dan 6 tahun, yang diasuh oleh badan swasta yaitu suatu badan yang dibantu oleh gereja Dayak Evangelis khususnya di daerah Kalimantan. Sekolah yang diasuh oleh pihak swasta ini merupakan sekolah pada masa Belanda. Ketika Jepang masuk, mereka menemukan sekolah swasta ini dan tetap berjalan dan guru-gurunya digaji secara natural oleh Jepang. Pemerintah Jepang mengambil alih semua sekolah tersebut.

    Jepang menghilangkan diskriminasi yang diterapkan Belanda. Pada pemerintahan Jepang, siapa saja boleh mengenyam/merasakan pendidikan. Rakyat dari lapisan manapun berhak untuk mengenyam pendidikan formal. Jepang pun juga menerapkan jenjang pendidikan formal seperti di negaranya yaitu: SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun.Dimana sistem ini masih diterapkan oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini.Pelajaran utamanya yang paling intensif sekali diajarkan kepada anak-anak sekolah adalah setiap pagi sebelum memasuki kelas selalu diadakan upacara bendera megibarkan bendera Jepang dan penghormatan kearah matahari terbit.Setelah upacara selesai disambung dengan gerak badan yang disebut dengan Taiso.

    Pada bulan April 1943, pemerintah militer Jepang secara intensif mulai mengorganisir barisan pemuda. Jepang lalu membentuk kesatuaan-kesatuaan pertahanan sebagai tempat penggemblengan pemuda–pemuda Indonesia di bidang kemiliteran. Pemuda yang tergabung dalam berbagai kesatuan pertahanan menjadi pemuda–pemuda yang terdidik dan terlatih dalam kemiliteran. Dalam perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di kemudaian hari, pelatihan militer ini akan sangat berguna.

    Berikut adalah militer yang dibentuk oleh Jepang untuk menghadapi sekutu

  1. Seinendan
    Senjata M1 Carbine
     (Barisan pemuda) dengan anggota para pemuda yang berusia 14-25 tahun
  2. Keibodan (Barisan pembantu polisi/ pejuang kewaspadaan) dengan anggotanya yang berusia 25-30 tahun.
  3. Fujinkai (Barisan wanita) yang berusia 15 tahun keatas. 
  4. Heiho (Pasukan pembantu) yang berusia 18-25 tahun.
  5. Seisyintai (Barisan Pelopor)
h
 

    Pada tahun 1944, Jepang semakin terdesak dalam perang Pasifik. Satu demi satu daerah pendudukannya jatuh ke tangan pihak sekutu.Untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat Indonesia, pada tanggal 14 September 1944 dibentuklah Barisan Pelopor, sebagai bagian dari Jawa Hokokai.Barisan pelopor ini merupakan organisasi pemuda pertama di masa penjajahan Jepang yang dibimbing langsung oleh kaum nasionalis Indonesia. Pimpinan organisasi dipegang  oleh Ir. Soekrno dibantu oleh R.P. Suroso, Oto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo.


    Kesimpulan

    Penjajahan Jepang di Indonesia merupakan zaman yang berdampak pada militer Indonesia. Pada awalnya Jepang tiba di Indonesia secara lembut dan perlahan dengan memperbolehkan banyak hal sebagai kebebasan, setelah beberapa bulan pendudukan Jepang, tidak aada yang mengetahui bahwa Jepang sudah menduduki Indonesia dalam perang sucinya, dan secara tidak langsung Jepang sudah menggantikan kedudukan Belanda di Indonesia atau Indonesia telah memasuki penjajahan baru. Disinilah Jepang memulai kebijakan,dengan mempergunakan kelicikannya yang mampu membuat rakyat Indonesia dikelabui.

    Adanya praktek romusha, yang mengakibatkan penderitaan rakyat karena kerja paksa yang mereka lakukan. Penyerahan bahan pangan maupun hasil pertanian kepada pihak Jepang secara paksa, yang menyebabkan rakyat menderita dan banyak yang mati karena kelaparan, kemiskinan, dan wabah penyakit.

   Namun, kebijakan yang ditetapkan oleh Jepang tidak selalu membawa dampak negative, ditemui juga dampak positif yang dapat diambil. Rakyat Indonesia dapat merasakan indahnya bangku pendidikan, yang tidak dapat dirasakan pada pemerintahan Belanda, Jepang membawa budaya kesopanan yang tinggi, mereka mengajarkan kepada rakyat Indonesia untuk selalu menghormati orang yang lebih tua. Selain itu, dengan dimasukkannya para pemuda Jepang ke berbagai organisasi militer, mereka sedikit - seikit mulai belajar tentang dunia perang.

    

    





Comments